Tokoh Pendidikan dan Pemikirannya #2 Lev Vygotsky |By: Herman Dr
Vygotsky
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog Soviet yang
dikenal luas atas teori-teorinya tentang perkembangan kognitif dan sosial.
Lahir pada 17 November 1896 di Orsha, Belarus (dulu bagian dari Kekaisaran
Rusia), Vygotsky membuat kontribusi signifikan yang masih sangat relevan dalam
bidang psikologi pendidikan, sosiologi, dan ilmu perkembangan anak.
Teori-teorinya menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan
kognitif dan menjadi dasar bagi pendekatan pembelajaran berbasis sosial.
Vygotsky lahir dalam keluarga Yahudi kelas
menengah. Ia menunjukkan minat yang luas dalam bidang sastra, filsafat, dan
seni sejak usia dini. Vygotsky melanjutkan pendidikan menengah di sebuah
sekolah di Gomel, Belarus. Ia kemudian masuk Universitas Negeri Moskow pada
tahun 1913 dan lulus dengan gelar sarjana hukum pada tahun 1917. Di Moskow,
Vygotsky juga mempelajari berbagai bidang lain seperti psikologi, filsafat, dan
sejarah.
Setelah lulus, Vygotsky kembali ke Gomel dan mulai
bekerja sebagai guru dan dosen. Selama periode ini, ia juga menulis secara
ekstensif tentang berbagai topik, termasuk seni, sastra, dan pendidikan. Pada
tahun 1924, Vygotsky pindah ke Moskow dan mulai bekerja di Institut Psikologi
Eksperimental. Di sinilah ia memulai penelitian yang akan mengubah cara pandang
kita terhadap perkembangan kognitif.
Salah satu kontribusi terbesar Vygotsky adalah
teori perkembangan kognitifnya, yang menekankan peran penting interaksi sosial
dalam perkembangan mental. Berikut adalah beberapa konsep kunci dari teori ini:
1.
Zone of Proximal
Development (ZPD)
Vygotsky mengemukakan konsep ZPD
untuk menggambarkan jarak antara apa yang bisa dilakukan seorang anak secara
mandiri dan apa yang bisa mereka capai dengan bantuan orang dewasa atau teman
sebaya. Zona perkembangan proksimal
(ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit
dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari
orang dewasa atau anak yang lebih mampu, jadi batas bawah dari ZPD adalah tingkat
problem yang dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas atasnya adalah
tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima anak dengan
bantuan dari instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan
keyakinannya akan arti penting dari pengaruh sosial, terutama pengaruh
instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak bagaimana
masing-masing anak akan berusaha menyelesaikan problem yang dimaksud untuk anak
yang lebih tua. Kita membantu masing-masing anak dengan menunjukkan, mengajukan
pertanyaan, dan mem[1]perkenalkan
elemen dengan awal dari solusi. Dengan bantuan atau dengan kerjasama dengan
orang dewasa ini, salahs atu anak berhasil menyelesaikan persoalan yang
sesungguhnya untuk level anak yang berusia 12 tahun, sedangkan anak yang
satunya memecahkan problem untuk level anak 9 tahun.
Perbedaan antara usia mental dan
tingkat kinerja yang mereka capai dengan bekerjasama dengan orang dewasa akan
mendefenisikan ZPD. Jadi, ZPD melibatkan kemampuan konitif anak yang berbeda
dalam proses pendewasaan dan tingkat kinerja mereka dengan bantuan orang yang
lebih ahli. Vygotsky menyebut ini sebagai “kembang” perkembangan, untuk
membedakan dengan istilah “buah’ perkembangan, yang sudah dicapai anak secara
independen. Salah satu aplikasi konsep ZPD Vygotsky adalah tuutoring tatap-muka
yang diberikan guru di slandia baru dalam program reading recovery. Tutring ini
dimulai dengan tugas membaca yang sudah dikenal baik, kemudian pelan-pelan
memperkenalkan strategi membaca yang belum dikenal dan kemudian menyerahkan
kontrol aktivitas keadaan si anak sendiri. Vygotsky memberi contoh cara menilai
ZPD anak. Misalkan berdasarkan tes kecerdasan, usia mental dari dua orang anak
adalah 8 tahun, menurut Vygotsky kita tidak bisa berhenti sampai disini saja.
Kita harus menentukan
2.
Konsep Scaffolding
Scaffolding erat kaitannya dengan
gagasan zone of proximal development (ZPD) adalah scaffolding. Sebuah teknik
untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran orang yang lebih ahli
(guru, atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingan dengan level
kinerja murid yang telah dicapai. Ketika tugas yang akan dipelajari si murid
adalah tugas yang baru, maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan teknik
instruksi langsung. Saat kemampuan murid meningkat maka semangkin sedikit
bimbingan yang diberikan.
Dialog adalah alat penting dalam
teknik ini di dalam ZPD. Vygotsky menganggap anak punya konsep yang kaya tetapi
tidak sistematis, tidak teratur dan spontan. Anak akan bertemu dalam konsep
yang lebih sistematis, logis dan rasional yang dimiliki oleh orang yang lebih
ahli yang membantunya. Sebagai hasil dari pertemuan dan dialog antara anak
dengan penolongnya yang lebih ahli ini konsep anak akan menjadi lebih
sistematis, logis dan rasional. Kita akan membahas lebih banyak teknik
scaffolding dan aspek interaksi sosial lainnya. (Santrock, 2007:63)
3.
Mediation
Vygotsky percaya bahwa alat-alat
budaya dan bahasa adalah mediasi yang penting dalam perkembangan kognitif.
Alat-alat ini membantu individu memahami dunia dan mengembangkan kemampuan
kognitif mereka. Bahasa, khususnya, dianggap sebagai alat utama dalam mediasi
ini, memungkinkan individu untuk berpikir lebih kompleks dan abstrak. Meditasi dalam
konteks teori Vygotsky dapat dilihat sebagai alat untuk perkembangan kognitif
dan interaksi sosial, selaras dengan penekanannya pada peran budaya dan
interaksi sosial dalam membentuk kognisi individu. Dengan memasukkan praktik
meditasi ke dalam pengaturan pendidikan, seperti sekolah, dimungkinkan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan mempromosikan hubungan yang lebih
dalam dengan dunia di sekitar mereka. Selain itu, adaptasi meditasi untuk
tujuan psikokoreksi telah menunjukkan efek positif pada kesehatan mental,
menunjukkan bahwa meditasi dapat menjadi keterampilan terlatih yang memengaruhi
proses kognitif dan emosional. Selanjutnya, studi tentang perhatian penuh dan
meditasi dalam berbagai konteks, termasuk pengaturan agama, sekuler, dan
terapeutik, menyoroti beragam cara di mana praktik-praktik ini digunakan dan
ditafsirkan dalam masyarakat kontemporer.
4.
Internalization
Vygotsky mengemukakan bahwa proses belajar
melibatkan internalisasi, di mana interaksi sosial eksternal diubah menjadi
proses mental internal. Ini berarti bahwa anak-anak pertama kali belajar
melalui interaksi dengan orang lain dan kemudian menginternalisasi pengetahuan
tersebut menjadi bagian dari pemahaman mereka sendiri. nternalisasi,
seperti yang diusulkan oleh Vygotsky, adalah konsep fundamental dalam psikologi
dan pendidikan, menekankan transformasi pengetahuan eksternal menjadi pemahaman
internal yang signifikan secara pribadi. Pendekatan budaya-historis Vygotsky
menyoroti pentingnya menginternalisasi keterampilan dan pengetahuan dari bidang
sosial ke bidang kognitif, terutama dalam pengaturan pendidikan. Selain itu,
konsep pengamatan internal dalam lingkungan dinamis menggarisbawahi kebutuhan
untuk fokus tidak hanya pada informasi objektif tetapi juga pada informasi
relasional untuk proses internalisasi yang efektif. Selanjutnya, gagasan
implementasi internal dalam desain mekanisme memperkenalkan gagasan pemain yang
memodifikasi permainan sebelum bermain, menampilkan dinamika rumit dari proses
internal dalam pengambilan keputusan dan hasil. Secara keseluruhan, karya
Vygotsky menggarisbawahi pentingnya internalisasi dalam perkembangan kognitif,
pendidikan, dan proses pengambilan keputusan.
Salah
satu aspek paling revolusioner dari teori Vygotsky adalah penekanan pada peran
bahasa dalam perkembangan kognitif. Ia percaya bahwa bahasa adalah alat utama
yang memungkinkan manusia untuk berpikir secara kompleks dan abstrak. Bahasa
tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat
berpikir.
1.
Speech and Thought
Vygotsky membedakan antara
dua jenis bahasa: bahasa sosial dan bahasa privat. Bahasa sosial adalah bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, sedangkan bahasa privat
adalah bahasa yang digunakan untuk berpikir dan mengarahkan diri sendiri.
Menurut Vygotsky, bahasa privat berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
kemampuan berpikir yang lebih kompleks. Menurut Vygotsky bahwa anak-anak
menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk
merencanakan, memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunaan
bahasa untuk mengatur diri sendiri ini dinamakan “pembicaraan batin”(inner
speech) atau’pembicaraan privat”? (private speech). Menurut Piaget private
speech adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak-kanak (early
childhood). Vygotsky percaya bahwa bahasa dan pikiran pada mulanya berkembang
sendiri-sendiri lalu kemudian bergabung. Dia mengatakan bahwa semua fungsi
mental punya asal usul eksternal atau sosial. Anak-anak harus menggunakan
bahasa untuk berkomuniaksi dengan orang lain sebelum mereka bisa fokus ke dalam
pemikirannya sendiri. Anak-anak juga harus berkomunikasi ke luar menggunakan
bahsa selama periode yang agak lama sebelum transisi dari pembicaraan eksternal
kepembicaraan bathin (internal) terjadi. Periode transisi ini terjadi antara
usia tiga hingga tujuh tahun dan kadang mereka bicara dengan diri sendiri. Setelah beberapa waktu kegiatan berbicara
dengan diri sendiri ini mulai jarang dan mereka bisa melakukannya tanpa harus
diungkapkan. Ketika ini terjadi, anak telah menginternalisasikan pembicaraan
egosentris mereka dalam bentuk inner speech, dan pembicaraan batin ini lalu
menjadi pemikiran mereka. Vygotsky percaya bahwa anak yang banyak menggunakan
private speech akan lebih kompeten secara sosial ketimbang mereka yang tidak.
Dia berpendapat bahwa private speech merepresentasikan transisi awal untuk menjadi
lebih komunikatif secara sosial. Pandangan Vygotsky menentang gagasan Piaget
tentang bahasa dan pemikiran, Vygotsky mengatakan bahwa bahasa bahkan dalam
bentuk yangpaling awal sekalipun, berbasis sosial, sedangkan Piaget lebih
menganggap pembicaraan anak sebagai non sosial dan egosentris. Menurut Vygotsky
ketika anak kecil berbicara kepada dirinya sendiri, mereka menggunakan bahasa
untuk mengatur perilaku mereka sendiri. Sedangkan Piaget percaya bahwa kegiatan
bicara dengan diri sendiri itu mencerminkan ketidak dewasaan (immaturity).
(Santrock, 2007:63-64)
Vygotsky berpendapat bahwa bahasa privat, seiring
waktu, berubah menjadi inner speech, atau bahasa batin, yang digunakan individu
untuk berpikir. Inner speech ini lebih ringkas dan terstruktur dibandingkan
dengan bahasa sosial, memungkinkan individu untuk memproses informasi dengan
cepat dan efisien. Vygotsky menekankan bahwa pembelajaran adalah proses sosial
yang terjadi dalam konteks interaksi dengan orang lain. Ia percaya bahwa
pembelajaran terjadi melalui dialog dan kolaborasi, bukan hanya melalui
penyerapan informasi secara pasif.
2.
Social Constructivism
Teori Vygotsky sering
disebut sebagai konstruktivisme sosial karena menekankan bahwa pengetahuan
dibangun melalui interaksi sosial. Menurut Vygotsky, anak-anak belajar dan
mengembangkan pemahaman mereka tentang dunia melalui kolaborasi dengan orang
lain yang lebih berpengalaman. Social Constructivism, seperti yang diuraikan
oleh Lev Vygotsky, menekankan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif,
melainkan dibangun melalui interaksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa
individu, terutama anak-anak, belajar dan mengembangkan pemahaman mereka
tentang dunia melalui kolaborasi dengan orang lain. Proses ini melibatkan
komunikasi, berbagi ide, dan pemecahan masalah bersama, yang semuanya
memperkaya dan memperdalam pemahaman mereka. Inti dari teori ini adalah bahwa
belajar adalah kegiatan sosial yang terjadi dalam konteks interaksi dengan
orang lain.
Menurut Vygotsky, anak-anak memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru dengan bantuan dari mereka yang lebih berpengalaman,
seperti orang tua, guru, atau teman sebaya yang lebih mahir. Orang yang lebih
berpengalaman memberikan bimbingan dan dukungan yang dikenal sebagai
scaffolding, membantu anak-anak mencapai pemahaman dan keterampilan yang lebih
kompleks. Melalui interaksi dalam lingkungan sosial yang mendukung, anak-anak
dapat mencapai potensi mereka dalam Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yaitu jarak
antara kemampuan aktual mereka dan potensi mereka dengan bantuan.
3.
Guided Participation.
Guided Participation
adalah konsep yang diperkenalkan oleh Vygotsky yang menekankan bahwa anak-anak
belajar melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan budaya yang dipandu oleh
orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berpengalaman. Dalam proses ini, orang
yang lebih berpengalaman membantu anak-anak dengan memberikan dukungan, arahan,
dan bimbingan saat mereka berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Melalui
interaksi ini, anak-anak tidak hanya mengamati tetapi juga secara aktif
terlibat dalam proses belajar, sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman
dan keterampilan yang relevan dengan konteks budaya mereka.
Dalam Guided Participation, orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih berpengalaman memainkan peran penting sebagai
fasilitator pembelajaran. Mereka memberikan scaffolding, yaitu bantuan yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak, untuk membantu anak-anak mencapai tingkat
pemahaman yang lebih tinggi dan keterampilan yang lebih kompleks. Misalnya,
seorang ibu yang mengajarkan anaknya cara memasak akan memberikan instruksi dan
demonstrasi yang jelas, serta mendampingi anak selama proses memasak. Dengan
cara ini, anak belajar tidak hanya keterampilan teknis tetapi juga nilai-nilai
budaya dan norma-norma yang terkait dengan kegiatan tersebut. Guided
Participation memungkinkan anak-anak untuk belajar secara lebih efektif dan
bermakna melalui pengalaman langsung dalam lingkungan sosial dan budaya mereka.
Teori Vygotsky memiliki implikasi yang signifikan
dalam pendidikan. Berikut adalah beberapa cara di mana konsep-konsep Vygotsky
diterapkan dalam praktik pendidikan:
1.
Scaffolding
Pendekatan scaffolding digunakan
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang lebih tinggi. Guru
memberikan dukungan yang diperlukan selama proses pembelajaran, dan secara
bertahap mengurangi dukungan ini seiring dengan peningkatan kemampuan siswa.
2.
Collaborative Learning
Vygotsky mendukung pembelajaran
kolaboratif di mana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah
atau menyelesaikan tugas. Ini memungkinkan siswa untuk belajar dari satu sama
lain dan mengembangkan keterampilan sosial serta kognitif.
3.
Dialogue and Discussion
Vygotsky menekankan pentingnya dialog dan
diskusi dalam proses pembelajaran. Guru mendorong siswa untuk berbicara,
bertanya, dan berdiskusi tentang topik yang dipelajari, sehingga mereka dapat
mengembangkan pemahaman yang lebih dalam melalui interaksi sosial.
Meskipun teori Vygotsky telah mendapat banyak
pujian, ada juga kritik dan tantangan terhadap beberapa aspek dari teorinya.
Beberapa kritik utama termasuk:
1.
Kurangnya Uji Empiris:
Beberapa kritikus berpendapat bahwa banyak konsep Vygotsky, seperti ZPD dan
scaffolding, kurang didukung oleh bukti empiris yang kuat. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk menguji validitas dan penerapan konsep-konsep ini dalam
berbagai konteks.
2.
Fokus pada Interaksi
Sosial: Meskipun Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial, beberapa
kritikus berpendapat bahwa ia mungkin mengabaikan aspek individual dari
pembelajaran dan perkembangan. Pendekatan yang lebih seimbang mungkin
diperlukan untuk menggabungkan faktor sosial dan individual.
Meskipun demikian, teori Vygotsky telah berkembang
dan diadaptasi oleh banyak peneliti dan praktisi dalam bidang pendidikan dan
psikologi. Konsep-konsepnya terus digunakan untuk memahami dan meningkatkan
proses pembelajaran.
Lev Vygotsky meninggal pada usia muda, 37 tahun,
pada tahun 1934 karena tuberkulosis. Meskipun hidupnya singkat, kontribusinya
dalam bidang psikologi pendidikan memiliki dampak yang mendalam dan
berkelanjutan. Teori-teorinya tentang perkembangan kognitif dan sosial telah
mengubah cara kita memahami pembelajaran dan pendidikan.
Pendekatan berbasis sosial dalam pendidikan,
seperti pembelajaran kolaboratif dan penggunaan scaffolding, sangat dipengaruhi
oleh karya Vygotsky. Banyak program pendidikan dan kurikulum saat ini
didasarkan pada prinsip-prinsip Vygotskian. Karya Vygotsky telah menginspirasi
banyak penelitian lebih lanjut dalam bidang psikologi perkembangan dan
pendidikan. Peneliti terus mengeksplorasi dan mengembangkan konsep-konsep
Vygotsky untuk memahami lebih baik bagaimana anak-anak belajar dan berkembang. Teori
Vygotsky telah diterima dan diterapkan di seluruh dunia. Pendekatan berbasis
sosialnya dalam pembelajaran telah mempengaruhi kebijakan pendidikan dan
praktik di berbagai negara, menjadikan Vygotsky sebagai salah satu tokoh paling
berpengaruh dalam sejarah psikologi pendidikan.
Implikasi
Teori Vygotsky di Ruang Kelas
Menurut Vygotsky, agar kurikulum sesuai dengan
perkembangan, guru harus merencanakan kegiatan yang mencakup bukan hanya apa
yang sanggup dilakukan oleh anak itu sendiri, tetapi apa yang dapat mereka
pelajari dengan bantuan orang-orang lain. (Slavin, 2008:63). Adapun implikasi
teoriVygotsky dalam ruang kelas yaitu:
1.
Pengajaran dapat
direncanakan untuk menyediakan praktik dalam zona perkembangan proksimal bagi
masing-masing anak atau kelompok anak. Misalnya: isyarat dan bisikan yang
membantu anak selama penilaian tersebut dapat menjadi dasar kegiatan pengajaran
2.
Kegiatan belajar dengan
kerjasama dapat direncanakan bersama kelompok-kelompok anak pada tingkat yang
berbeda yang dapat membantu satu sama lain belajar.
3.
Perancahan menyediakan
isyarat dan bisikan pada tingkat yang berbeda. Dalam perancahan orang dewasa
tidak menyederhanakan tugas tersebut, tetapi peran pelajar itu disederhanakan
“melalui campur tangan bertahap guru”. (Slavin, 2008:63)
Penerapan pengajaran di atas, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada contoh berikut: seorang anak mungkin diperlihatkan uang
logam sen untuk melambangkan masing-maisng bunyi dalam suatu kata (misalnya
tiga sen untuk tiga bunyi dalam”man”(orang)). Untuk menguasai kata ini anak itu
dapat diminta untuk meletakkan satu sen di atas meja untuk memperlihatkan
masing-masing bunyi dalam suatu kata, dan akhirnya anak itu dapat
mengidentifikasi bunyi-bunyi tersebut tanpa uang logam tadi. Ketika orang
dewasa menyediakan uang logam kepada anak tersebut, orang dewasa itu meyediakan
perancah untuk membantu anak tadi beranjak dari keberhasilan dengan bantuan
ketanpa bantuan dalam tugas tersebut.
Kesimpulannya adalah Lev Vygotsky adalah seorang
visioner dalam bidang psikologi pendidikan yang teorinya telah mengubah cara
kita memahami perkembangan kognitif dan sosial. Melalui konsep-konsep seperti
Zone of Proximal Development, scaffolding, dan peran bahasa dalam perkembangan
kognitif, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses
pembelajaran. Meskipun ia meninggal pada usia muda, warisannya terus hidup
melalui penelitian dan praktik pendidikan yang dipengaruhi oleh ide-idenya.
Teori Vygotsky tetap relevan dan penting dalam konteks pendidikan modern,
memberikan dasar yang kuat untuk pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
kolaborasi dan dukungan sosial.
Comments
Post a Comment