Mengapa Cinta itu Menyenangkan? |By: Herman Dr

 

Mengapa Cinta itu Menyenangkan 

By: Herman Dr

Cinta adalah sebuah tanda kasih sayang dari Allah yang maha cinta, maha kasih dan maha sayang, karena cinta berasal dari-Nya maka memuliakan cinta adalah kewajiban dan merusaknya adalah bentuk keburukan. Jika cinta berasal dari Allah maka konseskuensi dari makhluk yang merasakan cinta adalah tunduk dan patuh, mengabdi dan menjadi lemah dihadapan hal yang di cintainya. Yang berarti bahwa ketika Allah menitipkan cinta kepada manusia, berarti Allah ingin agar manusia menjadi lemah pikirannya, lemah hatinya sehingga lunak untuk digerakan kejalan yang Allah ridhoi yaitu beriman dan berislam.

Logikanya sederhana, mencintai berarti rela memberi, rela diberi dan rela untuk mengabdi. Dan seperti yang kita ketahui bahwa cinta itu menunutut pembuktian, jika hanya sekedar kata-kata masih belum bisa dikatakan sebagai “mencintai dengan sempurna”. Hal yang sama ketika kita memposisikan Allah sebagai dzat yang kita cintai, dengan begitu bukanlah suatu masalah jika Dia meminta kita untuk taat dan juga bukan masalah jika Dia meminta kita untuk meninggalkan maksiat. Sebaliknya, jika kita tidak mengiyakan apa yang diinginkan-Nya berarti kita tidak benar benar mencintai. Cinta Menuntut Pembuktian.

Tapi persepsi tetaplah sebuah persepsi, sisi subjektifitas dari kalangan manusia selalu memikirkan hal yang berbeda dari yang seharusnya, menganggap cinta adalah sebuah anuegrah kemudian mengekspresikannya secara bebas seolah olah cinta yang diberi berarti dia yang menguasai. Maka dari itu jika kita berbicara masalah subjektifitas memang “Cinta Itu Menyenangkan” pada dua sisi.

Wahyu pada hakikatnya datang untuk menyempurnakan akal, sedangkan manusia mempunyai penghalang yang selalu mengikuti jalannya wahyu yang datang untuk sampai kepada akal, yaitu nafsu. Tentu jika disandingkan dengan penghalang wahyu untuk sampai kepada akal maka sudah pasti konotasi dari nafsu di sini hal yang negative. Dan jika kita balik kepada pembahasan awal Cinta Itu Menyenangkan dalam dua sisi, berarti cinta yang menyenangkan karena nafsu, dan cinta yang menyenangkan karena wahyu.

Pada dasarnya wahyu dan nafsu berasal dari dzat yang sama dengan yang menciptakan cinta, tapi tentu punya tugas yang berbeda. Wahyu untuk kebaikan akal sedangkan nafsu dapat merusak akal. Maka dari itu mencintai seseorang tentu sudah harus mengetahui terlebih dahulu dasar apa yang pantas dipakai dalam mengeksprsikan cinta, karena kedua nya dapat membuat Cinta itu Menyenangkan.

Cinta karena nafsu memanglah sangat menyenangkan, bebas dan tak perlu mengikuti aturan social, moral apalagi agama. Cinta yang dimaksud bisa kita kenal dengan sebutan pacaran, TTM(Teman Tapi Mesum), kakak adek dan sebagainya, yang pasti sebuah hubungan yang tidak jelas diluar ikatan pernikahan. Karena katanya “yang namanya cinta itu buta, jadi kalo sudah cinta wajar lah kalo kami saling tertarik satu sama lain, Oh indahnya” cinta versi ini menganggap semua yang ada disekitarnya seoalah olah tidak ada, mencari celah kecil untuk bermaksiat seakan akan membenarkan sebuah perkara, dengan mengatas namankan Cinta. Ketika cinta versi ini terus dipelihara maka justru bukan kebaikan yang akan didapat, melainkan kehancuran dunia walau sesaat (Perlu di ingat! kata “sesaat” berlaku hanya bagi mereka yang setelahnya mau bertaubat, Masya Allah yang Maha Penyayang).

Cinta versi nafsu akan memutuskan akal karena wahyu tidak lagi sampai kepada otak  sehingga apa yang dilakukan tidaklah lagi rasional. Karena cinta dengan nafsu tiada fikir hari esok, yang penting nikmat sekarang. Hal yang paling ditakutkan adalah ketika kehormatan sudah direnggut maka perempuan akan kalang kabut, sedangkan laki-laki bisa cabut kemudian mencari korban baru tanpa memikirkan tanggung jawabnya tersebut. Kemudian jika dia menolak untuk menikahi itu adalah sebuah musibah bagi perempuan, tapi jika dia bersedia menikahi itu juga merupakan sebuah musibah,  dengan jalan yang berbeda. Kenapa hal tersebut juga merupakan musibah, kan dia mau bertanggung jawab terhadap perbuatannya? Simple nya gini, jika sebelum menikah dia sudah berani berbuat zina maka apa alasan dia tidak melakukan hal demikian ketika sudah menikah?. Logika lain, bahwa menikahi lelaki yang sudah berani berzina sama saja menikahi pezina dimasa depan. Masih mau musibah lain? Okedeh. Salah satu bentuk kasih sayang seorang laki-laki adalah dengan memuliakan perempuan, menjaganya dalam doa dan berusaha menunjukkan pembuktian dengan mengkhitbahnya, jika sebelum menikah dia sudah tiada sama sekali memuliakanmu maka apa alasan yang akan menghalangi dia berbuat yang lebih buruk lagi ketika sudah menikah?

Nikmatnya cinta versi nafsu adalah ketika saling mengucap kata kata romantis yang di desain sedemikian rupa seolah-olah menjadi seperti seorang pangeran dengan bunga mawar di mulutnya mendatangi seorang ratu yang dipuja puja “you’re mine, don’t leave me, I’m gonna make you happy during of my life” menggelikan memang, tapi bagi mereka yang bermaksiat hal ini merupakan kalimat yang ditunggu dan dinantikan, kalo sehari tidak ada kalimat sayang berarti ada yang salah dan masing-masing akan menimbulkan kecurigaan “jangan jangan dia selingkuh, sudah ga nyaman, sudah ga sejalan, dan lain sebagainya (Brisik >/<). Ucapan “sayang” tidak menyelamatkan wanita dari kerugian. Karena kebanyakan laki-laki itu mempunyai pikiran yang selalu sama, yang membedakan adalah baginya ada kesempatan apa tidak. Karena bila saja wanita mengetahui apa yang dipikirkan lelaki saat menjalankan cinta versi nafsu, maka tentu saja wanita akan menginggalkan detik itu juga, sayangnya hanya sedikit yang tau, atau pura pura tidak tau karena nafsu sudah menutupi wahyu dan merusak akal sehingga semua seperti fine fine saja, atau yang lebih parah wanitanya lah yang berpikiran demikian.

Contoh kasus yang sering terjadi adalah dikalangan remaja dengan salah satu kisah yang cukup fenomenal, tapi ingat kalimat ini “Dunia Tidak Adil”. Ada sepasang kekasih yang H-1 akan melaksanakan sebuah pernikahan, semua sudah lengkap, penghulu, undangan yang sudah tersebar, dan panggung pengantin yang megah bersinar. Tapi karena si calon istri memiliki sebuah masa lalu yang bisa dikatakan mengecewakan bagi sebagian orang, kemudian dia tidak mau calon suaminya tau sesudah akad, dan perasaan gelisah karena tidak kuat lagi untuk menutub aib yang begitu besar, sehingga diceritakanlah hal itu kepada calon suaminya bahwa dia sebenarnya sudah tidak perawan lagi. Jangan Tanya bagaimana perasaan laki-lakinya ketika mendengar itu, rasanya mungkin seperti batu besar dengan berat 10 ton jatuh seketika tepat mengenai kepala dan hati. Tapi karena calon suami pasrah dan mau menerima perempuannya yang seperti itu karena mungkin paksaan kondisi dan sebagainya, maka berlangsunglah pernikahan. Tak lama setelah nikah cekcok pun terjadi. Merupakan hal yang wajar dalam rumah tangga sebagai ujian dalam mempererat suatu hubungan. Tapi karena perselisihan yang tiada usai akhirnya tanpa sadar laki-lakinya berucap “Kamu sih dulu gitu”. Ga akan kebayang bagaimana perasaan seorang perempuan jika masa lalu nya di ungkit dalam suatu masalah yang tiada kaitannya dengan itu. Ingat! Perbuatan suami itu salah, tapi persoalannya adalah “Dunia Tidak Adil”.

Cinta versi nafsu akan selalu menunutut keinginan, ingin untuk terus bersama, ingin untuk saling mengucap kasih sayang, ingin untuk meminta kehormatan dari pasangan perempuannya dengan berbagai macam cara, dan mungkin yang paling parah adalah ingin memberi kehormatannya hanya untuk dia yang disayang. Semua itu dilakukan karena penuhnya rasa cinta yang berlandaskan nafsu “Tak ada gunung yang terlalu tinggi untuk ku daki, tak ada laut yang terlalu luas untuk di sebrangi, semua itu tiada lain hanya untuk mu seorang honey. Tanpamu aku hilang, dan karenamu aku tenang.” >/< Gawattt!!. Mungkin sebagian ada yang membalut cinta versi nafsu dengan sedikit ungkapan wahyu.

L : Udah sholat?, sholat dulu gih

P : iya iya, tapi habis ini kita ketemuan yaa

L : oke, asalkan kamu sholat dulu, kalo ga sholat ga jadi ketemuan

Kalo sudah seperti ini malaikat pun bingung siapa yang mau mencatat, hehe becanda, tentu saja hal ini salah, karena dia mau beribadah karena tujuan unutk menyenangkan pasangan haram nya bukan Tuhannya.

Laki-laki adalah makhluk yang berbahaya bagi masa lalu perempuan, dan perempuan adalah makhluk yang berbahaya bagi masa depan laki-laki jika dalam konteks maksiat yang dikedepankan. Laki-laki sangat hebat dalam mengumbar kalimat manis tapi sayangnya perempuan sangat lemah dengan kalimat manis. Kok seperti kebetulan? Ya karena memang begitulah fitrah penciptaan manusia, laki laki diciptkan untuk mencari cintanya dan perempuan diciptakan untuk dicari oleh cintanya, jika ada yang mengatakan “tidak juga, wanita berhak kok untuk mencari”, ya silahkan saja, toh ujung ujungnya wanita yang dilamar bukan melamar. Disetiap aktivitas maksiat laki-laki akan mencari sebuah alasan dan mebuat kalimat cinta padahal itu cuma dusta, “aku sayang padamu” (duh duh >/<) bagaimana mungkin mengatakan sayang bila sebenarnya dia tiada pernah peduli dengan masa depan seorang yang katanya dia sayang? Aktivitas maksiat selalu mengundang petaka dunia dan malapetaka akhirat. Bila serius sayang harusnya laki-laki bilang seperti ini “aku sayang kepadamu jadi mulai sekarang kita putus dan berhenti untuk melakukan hal seperti ini, karena aku baru sadar jika aku benar-benar sayang tentu aku takkan rela jika kulitmu dibakar api neraka” Masya Allah Akh v,v

Jadi sekali lagi apapun jenisnya, berdekatan dengan lawan jenis yang bukan mahrom dengan perasaan cinta adalah hal yang salah. Karena yang demikian merupakan aktivitas maksiat yg terumbar lewat sebuah perkataan dan tindakan, yang semuanya juga merupakan perbuatan zina.

Adapun cinta versi wahyu adalah sebuah kenikmatan yang hakiki, karena memang Allah menurunkan cinta untuk beribadah. Cinta versi wahyu dapat mengubah segala yang haram menjadi halal, segala yang fitnah menjadi wah, dan segala yang zina menjadi sirna. Mungkin sebelum akad berdekatan dilarang tapi setelah akad berdekatan menjadi keakraban, mungkin sebelum akad mengucap kasih rindu merupakan zina terlarang, tapi setelah akad itu merupakan sebuah kalimat sayang, mungkin sebelum akad berciuman itu mendapat dosa, tapi setelah akad berciuman menjadi berpahala. Memang indah ketika semua yang tidak boleh menjadi boleh, sama halnya ketika kita berpuasa, menahan lapar, minum terlihat sangat merepotkan dan melelahkan tapi ketika sudah berbuka puasa hal yang sebelumnya hanya ada dalam pikirkan seperti es kepala, es buah, ayam bakar, ikan goreng semua dapat terealisasikan tanpa ada yang melarang dan bahkan berpahala, Subhanallah.

Memang begitulah cinta yang seharusnya, semua ada masanya, ada caranya, dan ada aturannya. Karena itulah Islam diturunkan oleh Allah. Supaya kita tetap menjadi manusia, bukan hewan yg bebas berekspresi saat mereka jatuh cinta. Maka dari itu pikirkan lah sebelum melangkah karena sekali melangkah akan susah untuk mundur. Wanita itu dilihat dari masa lalunya, sedangkan laki laki dilihat dari masa depannya. Berhenti bermaksiat tak perlukan izin manusia karena ia sudah perintah tuhannya, karena lelaki sejati bukan pandai menggalau, pikiran laki-laki yang menggalau hanya dipenuhi dengan rencana nafsu nya yang tak tersampaikan, tapi laki-laki sejati adalah dia yang pandai berfikir.

Cinta karena wahyu diaplikasikan tidak lain adalah dengan menikah, karena dengan begitu semuanya akan menjadi indah. Pernikahan adalah jalan untuk menyalurkan cinta dengan bertanggung jawab dan penuh komitmen. Dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim menjelaskan yang artinya “Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandanagan, dan lebih membentengi kemaluan. Dan barang siapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya”

Islam telah mengajarkan bagaimana menempatkan posisi hubungan dengan lawan jenis yg ingin menikah, yaitu syarat awal adalah kesiapan, jika sudah siap maka lakukanlah proses khitbah kepada pasangan yg ingin dinikahi, selama proses khitbah akan dibolehkan pasangan berbicara dan mengenal satu sama lain sampai waktu akad yg dijanjikan pada proses khitbah di awal telah tiba, boleh seminggu, sebulan dan bahkan setahun, tapi tentu saja tetap dalam pengawasan wali dari pihak perempuan agar tidak berkhalwat ketika berkomunikasi. Jika tidak siap untuk kepastian ini maka jangan aneh aneh dengan alasan pacaran, wasting time, mending cari ilmu buat memantapkan diri. Kan bagus, selain tidak maksiat waktu pernikahan juga pasti, “jangan sampai berikan kemuliaanmu untuk sesuatu yg tidak pasti”. Alasan lain “kalo pacaran ga ngapa ngapain gimana?” “kalo ga ngapa ngapain ngapain pacaran?”.

Alasan berkenalan sebelum menikah itu klise. Remaja belum tentu siap menikah, karenanya pacaran hanya menjadi alasan untuk baku syahwat. Memuaskan nafsu lelaki atau malah wanita yg mengiginkannya. Bukan pacaran namanya jika tidak perpegangan tangan, berciuman, meraba-raba atau segala perbuatan lain yg menginggikan syahwat. Berkenalan mungkin benar, tapi hanya sebatas hanya fisik yg dikenali, jadi jelas bahwa jika belum siap menikah, berkenalan bukan berarti harus berhubungan.

Dibawah ini ada sebuah synopsis dari buku yang berjudul Udah Putusin Aja, yang akan sedikit menambah wawasan kita akan bagaimana cinta yang seharusnya

 

(Sinopsis buku #Udah Putusin Aja)

Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan. Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tiada halal. Bukan karena apa pun, tapi karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri.

Sialnya, kaum Muslim kini hidup dalam kungkungan masyarakat yang sebagian besar salah kaprah dalam cinta. Karenanya tidak dikenal lagi kesakralan pernikahan dan kesucian diri, apalagi kehormatan dan kemuliaan jiwa. Semua sudah terganti dengan pergaulan bebas, ada yang menyebutnya pacaran, teman tapi mesra, dibalut dalam alasan adik-kakak, teman dekat, ataupun yang lainnya.

#UdahPutusinAjasebab apa pun namanya, kelak akan bersaksi seluruh bagian tubuh di depan Allah. Karenanya, sedari dini mari mendidik cinta, mengajarinya agar ia bersemi dalam taat, bukan direndahkan oleh maksiat. Ajarkan cinta agar ia benar hingga membuat pemiliknya terhormat, bukan nista yang ditanggung karena terbuai cinta yang terlaknat. 

Comments

  1. Baca juga artikel saya di bawah ini, dengan judul "Pengertian takdir pada sisi yang berbeda"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Untuk Teman-Temanku di Pascasarjana (M) Lokal PAI C 23

Mengomentari Statement Prilly Latuconsina mengenai cewek Independen yang semakin banyak dan cowok mapan yang terhitung sedikit

Tokoh Pendidikan dan Pemikirannya #2 Lev Vygotsky |By: Herman Dr