Apakah Nabi dan Rasul Adalah Sama Atau Berbeda? |By: Herman Dr.

 Nabi dan Rasul (Sebuah Ketarangan Istilah)

Sebelum masuk kepada pembahasan inti, penulis ingin menyampaikan bahwa keterangan di bawah ini sepenuhnya tercetus karena melihat pandangan yang unik dari pemikir Islam, Murthada Muthahhari dalam karyanya "Khatemiat". Sehingga jika reader menyetujui, bisa mengembangkan pandangan ini, adapun yang tidak menyetujui, bisa melakukan bantahan dalam kolom diskusi yang telah disediakan.

Dalam pengertiannya Nabi adalah pembawa berita. Nabi adalah orang yang menerima berita dari sisi Allah. Lalu apa arti kata “Rasul”? Rasul artinya ialah utusan Allah, yakni seorang yang diutus oleh Allah untuk suatu tugas tertentu, baik tugas itu berupa perintah dari Allah untuk menyampaikan syari’at kepada umat, ataupun tugas dan tanggung jawabnya adalah sesuatu yang lain dari itu.

Hanya pada bentuk pertamanya saja seorang yang mendapatkan tugas dari Allah itu disebut dengan Rasul dan Nabi. Oleh karena itu, kata “Rasul” yang terdapat dalam ayat al-Qur’an juga mencakup para nabi dan juga selain para Nabi. Misalnya, berkenaan dengan malaikat Jibril yang mana ia adalah utusan dari sisi Allah, dan dia juga memiliki suatu tugas, maka al-Qur’an menyebutnya dengan “Rasul”, sebagaimana disebutkan dalam kisah yang berkenaan dengan Samiri.

فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ أَثَرِ ٱلرَّسُولِ

“Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul”.[1]

Dalam ayat lain juga disebutkan,

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ

 

“Sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril).[2]

Malaikat itu disebut dengan Rasul. Dan juga malaikat yang diutus oleh Allah untuk menyiksa kaum Nabi Luth As, juga disebut dengan Rasul.

وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَٰذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ

“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat sulit"[3]

Ketika Allah mengutus mereka, untuk apakah pengutusan itu? Apakah untuk menetapkan suatu undang-undang dan syariat di tengah masyarakat? Jelas tidak hanya demikian. Di samping itu ada juga malaikat yang bertugas mencabut nyawa yang juga disebut dengan Rasul,

حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا

“…sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami”.[4]

Malaikat yang datang ke dunia ini untuk menyiksa manusia adalah utusan dan pesuruh Allah (Rasul Allah), dan juga para Nabi yang datang ke dunia ini yang bertugas mengajak manusia kepada kebenaran juga disebut dengan utusan Allah.

Bahkan kata ba’ts (pengutusan) tidak dikhususkan pada para Nabi saja. Pada sebuah ayat berkenaan dengan kisah Bani Israil, di sana disebutkan adanya sebuah kaum yang telah diberi kekuatan oleh Allah dan mereka diutus untuk menghadapi orang-orang Yahudi yang congkak,

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”[5]

Dan berkenaan dengan kaum nabi ‘Ad as al-Qur’an mengatakan,

وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ

“Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan,”.[6]

Kami telah mengutus angin yang membinasakan. Dalam ayat ini digunakan kata “arsalna” (Kami utus). Angin yang membinasakan itu adalah Rasul dan utusan Allah.

Bukan berarti bahwa sebagian dari para utusan itu adalah Nabi, dan sebagian yang lain adalah Rasul; setiap utusan adalah Nabi. Namun dikarenakan para Nabi itu adala utusan Allah dan mendapatkan berbagai tugas dari-Nya, maka mereka disebut dengan Rasul, sebagaimana juga mereka yang lain pun disebut dengan Rasul. Jika demikian maka kata “Khataman Nabiyyin” (penutup nabi-nabi) adalah memiliki arti khatamar Rasul (penutup rasul-rasul), dalam arti bahwa merupakan penutup para rasul yang datang dan bertugas mengajak manusia pada tuntutnan Ilahi.

Jika yang kalian maksud dari Rasul itu adalah Rasul yang datang untuk membinasakan manusia, hal itu tidak benar. Rasul penutup bukan rasul semacam itu. Siksaan Ilahi itu juga adalah Rasul dan utusan Allah, yakni sesuatu yang disebut oleh Allah pada suatu kaum dapat disebut dengan Rasul Allah atau utusan-Nya. Maka dari itu, tidak ada perbedaaan antara Nabi dan Rasul (sebagian utusan Allah itu adalah Nabi, dan sebagian yang lain disebut sebagai Rasul).

Semua Nabi itu juga adalah Rasul, dan yang dimaksud dengan penutup para Nabi adalah penutup keseluruhan manusia yang diutus oleh Allah kepada manusia untuk mengajak kepada tuntunan-Nya. Dalam hal ini al-Qur’an tidak membeda-bedakan antara Nabi dan Rasul.

Dalam pendapat yang bertebaran tersebut bahwa yang dimaksud dengan Nabi oleh al-Qur’an itu adalah seorang yang tidak membawa ajaran atau syariat tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan Rasul itu ialah seorang Nabi yang memiliki suatu Syariat. Dalam hal ini dapat dibuktikan dengan berdasar pada al-Qur’an bahwa ternyata al-Qur’an menyebut seseorang yang membawa syariat-Nya itu dengan “Nabi”, dan juga menyebut para nabi yang tidak membawa syari'at-Nya dengan istilah “Rasul”. Dengan demikian maka kata “nabi” dan kata “Rasul” dapat ditunjukan kepada para Nabi yang membawa syari'at dan juga kepada para Nabi yang tidak membawa syari'at.

 



[1] Q.S. Thaha: 96

[2] Q.S. at-Takwir: 19

[3] Q.S. Hud: 77

[4] Q.S. al-An’am: 61.

[5] Q.S. al-Isra: 5.

[6] Q.S. adz-DZariyat: 41.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Teman-Temanku di Pascasarjana (M) Lokal PAI C 23

Mengomentari Statement Prilly Latuconsina mengenai cewek Independen yang semakin banyak dan cowok mapan yang terhitung sedikit

Tokoh Pendidikan dan Pemikirannya #2 Lev Vygotsky |By: Herman Dr