Benarkah Masa Turunnya Al-Qur'an adalah 22 Tahun 2 Bulan 22 Hari?
Jika kita membaca ulang
literatur yang sering kita gunakan ketika berada pada bangku sekolah,
pernyataan yang sering kita baca dan mungkin diungkapkan pula oleh guru-guru
kita adalah bahwa masa turunnya Al-Qur’an ialah selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Angka ini dijadikan satu acuan mengenai masa turunnya Al-Qur’an sekaligus tidak
sedikit yang melegasikan angka ini sebagai angka yang indah dan hingga
dikaitkan dengan kesempurnaan Al-Qur’an itu sendiri. Namun apakah salah claim
ini hadir pada diri setiap muslim? tentu tidak menjadi masalah, hanya saja jika
dikaji secara ilmiah hal tersebut harusnya sesuai dengan historis yang ada.
Pertanyaan lain adalah, apakah angkat tersebut memanglah demikian atau ternyata
angka tersebut sedikit berbeda dari yang seharusnya. Hal ini penting untuk
dipahami karena pada dasarnya dnegan masa turunnya Al-Qur’an menjadi dasar pula
mengenai masa tugas dan priodisasi dakwah Nabi Muhammad Saw.
Kita sering mendengar dari
berbagai kalangan bahwa masa dakwah Nabi Saw ialah selama 23 tahun. Namun
ternyata angka 23 tahun ini merupakan pebulatan dari ikhtilaf ulama mengenai
masa dakwah Nabi, karena memang terdapat spesifikasi tidak persis 23 tahun. Ikhtilaf
ini berangkat dari perbedaan mereka tentang masa turunnya Al-Qur’an. Maka dari
itu sebagaimana yang telah dimaksudkan bahwa masa turunnya Al-Qur’an berkaitan
erat dengan masa dakwah Nabi Saw.
1. Syekh Muhammad al-Khudari
Dalam
kitabnya Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, beliau secara kongkrit mengatakan
bahwa masa turunnya Al-Qur’an terbagi menjadi dua periode:
a. Periode pertama ketika Nabi Saw masih
tinggal di Makkah. Pada periode ini Al-Qur’an turun selama 12 tahun 5 bulan dan
13 hari, dihitung mulai tanggal 18 Ramadhan ketika Nabi saw berumur 41 tahun
sampai dengan tanggal 1 Rabiulawal ketika beliau berumur 54 tahun.
b. Periode kedua sesudah Nabi saw hijrah ke
Madinah. Pada periode ini Al-Qur’an turun selama 9 tahun 9 bulan 9 hari;
dihitung sejak Nabi Saw berumur 54 tahun sampai dengan tanggal 9 Dzulhijjah
ketika beliau berumur 63 tahun.
Jadi masa turunnya Al-Qur’an
secara keseluruhan, menurut Syekh Muhammad al-Khudari adalah 22 tahu 2 bulan
dan 22 hari, yaitu dengan menggabungkan antara peride pertama dengan periode
kedua. Dasar perhitungan beliau ialah
a.
Ayat
Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Saw adalah ayat dari surah
al-‘Alaq. Ayat ini diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan ketika Nabi Saw berumur
40 tahun. Pendapat ini tampaknya bukan pendapat al-Khudari sendiri, melainkan
pendapat ahli Tarikh Ibnu Ishaq, sementara al-Khudari cenderung kepada pendapat
tersebut.
Ibnu Ishaq memang berpendapat demikian,
yaitu bahwa ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Saw adalah ayat Iqra
pada tanggal 17 Ramadhan berdasar pada al-Anfal, 41. Menurut Ibnu Ishaq, hari
bertemunya dua pasukan (muslimin dan muyrikin) itu adalah hari Jum’at tanggal
17 ramadhan tahun 2 H. dan yang disebut Hari Furqan adalah hari di mana Al-Qur’an
diturunkan pertama kali. Kedua hari itu secara bertepatan jatuh pada hari Jum’at
pada tanggal 17 Ramadhan, meskipun tahunnya berbeda.
b.
Ayat Al-Qur’an
yang paling akhir diturunkan adalah ayat 3 dari Surat al-Maidah, yaitu Q.S
al-Maidah ayat 3.
Ayat ini diturunkan pada
hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10H. 81 (delapan puluh satu) hari
sesudah ayat itu turun, Nabi Saw wafat. Sesudah ayat itu turun, tidak ada ayat
lagi yang turun, baik yang berkaitan dengan masalah kewajiban maupun yang
berkaitan dengan masalah halal dan haram.
Untuk memperkuat pendapatnya
ini al-Khudhari menyebut-nyebut nama seorang ahli tafsir kenamaan, yaitu Imam
al-Thabari, hanya saja al-Khudhari cenderung kepadanya.
2. Syeikh ‘Abd al-‘Adhim al-Zurqani
Al-Zurqani tidak menyebutkan
secara kongkrit berapa lama masa turunnya Al-Qur’an. Namun ada dua hal yang
perlu dicatat bahwa:
a.
AL-Zurqani
sependapat dengan al-Khudari bahwa ayat yang pertama kali diturunkan adalah
ayat Iqra, namun al-Zurqani membantah bahwa ayat Iqra itu diturunkan pada
tanggal 17 Ramadhan. Menurutnya, Allah telah menegaskan bahwa Al-Qur’an
diturunkan pada malam Qadar (lailatul Qadr) dalam Q.S al-Qadr ayat 1.
Sementara Nabi saw
mengisyaratkan bahwa malam Qadr itu jatuh antara tanggal dua puluh sampai tiga
puluh (20-30) Ramadhan. Jadi ayat Iqra itu tentulah diturunkan pada malam
antara tanggal dua puluh sampai tiga puluh (20-30) Ramadhan, bukan pada malam
tujuh belas (17) Ramadhan. Sedangkan yang dimaksud dengan “apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami pada Hari Furqan” (Q.S al-Anfal, 41) adalah wahyu,
malaikat dan kemenangan. Ayat itu tidak menunjukkan kepada tanggal 17 Ramadhan.
b. Al-Zurqani mengunggulkan pendapat yang
mengatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang paling akhir diturunkan adalah Q.S
al-Baqarah ayat 281. Bukan ayat 3 Surah al-Maidah sepert pendapat al-Khudari di
muka. Alasannya ialah, setelah al-Baqarah 281 ini diturunkan, Sembilan hari
kemudian Rasulullah Saw wafat. Beliau wafat pada tanggal 2 Rabiul awal tahun 11H.
3. Prof. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA.
Beliau mencoba menghitung
masa turunnya Al-Qur’an, ternyata kesimpulan beliau berbeda dengan dua pendapat
di atas. Menurut perhitungan belia, Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Saw selama
22 tahun 5 bulan dan 9 hari. Dengan alasan sebagai berikut:
a.
Ayat al-Qur’an
yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Saw adalah ayat Iqra, pada hari Senin
tanggal 24 Ramadhan ketika beliau berumur 40 tahun. Dalilnya ialah
Pertama, hadits Watsilah bin
al-Aqsa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal di mana Rasulullah Saw
bersabda, “Lembaran-lembaran Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan
Ramadhan, Taurat diturunkan pada hari keenam bulan Ramadhan, Injil diturunkan
pada hari ketigabelas bulan Ramadhan, dan Al-Qur’an diturunkan pada hari keduapuluh
empat bulan Ramadhan.”
Kedua: Hadits Jabir bin
Abdullah yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsirnya, di
mana Rasulullah Saw bersabda seperti di atas.
Ketiga, Hadits Watsilah bin
al-Aqsa yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’ab al-Imam,
di mana Rasulullah Saw bersabda seperti di atas dengan tambahan, “….. Zabur
diturunkan kepada hari 18 bulan Ramadhan dan Al-Qur’an diturunkan pada hari 24
bulan Ramadhan.
Keempat, Hadits Abu Qatadah
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, di mana Rasulullah Saw ditanya tentang
puasa pada hari senin, jawab beliau, “Hari itu adalah hari kelahiranku dan hari
diturunkannya (Al-Qur’an) kepadaku.
Itulah 4 hadits yang menunjukkan
bahwa AL-Qur’an diturunkan kepada Nabi Saw pertama kali pada hari senin tanggal
24 Ramadhan. Sementara mengenai derajat atau kualitas Hadits-Hadits tersebut,
maka dapat disebutkan sebagai berikut:
Hadits pertama yang
dirwiayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal nilainya Dha’if (lemah), sebab di dalam
sanadnya terdapat nama ‘Imran Abu al-‘Awwam yang dinilai lemah oleh ahli-ahli
hadits. Sedangkan hadits kedua (Riwayat Imam Ibnu Mardawaih) dan hadits ketifa
(Riwayat Imam al-Baihaqi), maka kami belum menemukan kitab aslinya sehingga
kami belum dapat memeriksa sanadnya apakah shahih atau tidak.
Seandainya dalam Riwayat kedua
dan ketiga itu juga sama-sama Dha’if, maka hadits Riwayat pertama tadi dapat
meningkat kualitasnya menjadi Hadits hasan lighairih, karena kedha’ifan ‘Imran
Abu al-‘Awwam bukan lantaran ia pendusta atau fasik (suka melakukan maksiat). Sementara
apabila Hadits Riwayat pertama itu tidak meningkat kualitasnya menajadi Hasan
Lighairih, atau dengan kata lain Hadits itu tetap Dha’if, maka hal itu juga
tetap dipertimbangkan, karena masalah yang dibahas ini tidak berkaitan dengan Aqidah
dan atau masalah penetapan hukum.
Kemudian tentang hadits
keempat yang dirwiayatkan oleh Imam Muslim, maka hadits ini nilainya shahih,
dan ini menjadi dalil bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pertama kali kepada Nabi
Saw pada hari senin.
Menurut al-Suyuthi,
hadits-hadits yang menerangkan bahwa Al-Qur’an itu pertama kali diturunkan pada
tanggal 24 Ramadhan tidak bertentangan dengan keterangan Al-Qur’an itu sendiri
pada Lailatul Qadr (Malam Qadar), dan kemungkinan pada waktu itu Lailah al-Qadr
jatuh pada tanggal 24 Ramadhan.
b. Ayat Al-Qur’an yang paling akhir diturunkan
adalah Q,S al-Baqarah ayat 281, seperti yang diunggulkan oleh al-Zurqani di
depan. Berdasarkan pendapat Ibnu ‘Abbas yang diriwayatkan oleh al-Nasa’I dab
Ibnu Abi Hatim, ayat ini diturunkan 9 hari menjelang Nabi Saw wafat. Atau tepatnya
pada tanggal 3 Rabiulawwal 11H, karena menurut Qaul yang Rajih, Nabi Saw wafat
pada hari Senin tanggal 12 Rabiulawwal 11H pada waktu dhuha.
c. Dengan demikian, pendapat yang mengatakan
bahwa ayat yang paling akhir diturunkan itu ayat 281 surah al-Baqarah dapat
dipakai karena ia berdasarkan pada Riwayat yang kongkrit dari Ibnu ‘Abbas. Dalil
yang berdasarkan Riwayat seperti ini layak diunggulkan dari pada dalil aanlisis
(ijtihadi) seperti yang dikemukakan oleh al-Khudari dan lain-lain, yang mana ia
berpendapat bahwa ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat 3 surah al-Maidah. Karena
masalah yang dibicarakan ini berkaitan dengan masalah sejarah di mana
diperlukan Riwayat yang kongkrit.
Menurut al-Khudari dan ulama lain yang sependapat
dengan dia, bahwa Q.S al-Maidah ayat 3 itu memberikan isyarat berakhirnya wahyu
dari Allah. Karena Allah telah melengkapkan agama dan menyempurnakan nikmat-Nya
kepada Nabi Saw. Padahal yang dimaksud dengan “melengkapkan agama” dan “menyempurnakan
mikmat” itu adalah Allah telah mengkokohkan eksistensi agama Islam dan
menghancurkan kemusyrikan, dimana Makkah telah dikuasai oleh Umat Islam,
sehingga ibadah umrah dan haji hanya dikerjakan oleh orang-orang muslim saja,
sementara sebelumnya orang-orang musyrikin juga sama-sama melakukannya.
Memang seharusnya dalam
masalah seperti ini dalil yang berdasarkan Riwayat yang shahih lebih patut
dikedepankan, bukan dalil yang bersifat analisis (ijtihadi). Apalagi Riwayat Ibnu
‘Abbas tadi nilainya sama dengan Hadits Nabawi (fi Hukm al-Marfu’), sebab
ucapan para sahabat apabila berkaitan dengan turunnya Al-Qur’an dan tidak
berkaitan dengan masalah ijtihadiyah, maka statusnya sama dengan Hadits Nabawi.
Itulah tadi perhitungan beliau
tentang masa turunnya Al-Qur’an, yaitu 22 Tahun 5 bulan 9 hari, bukan 22 tahun
2 bulan 22 hari seperti perhitungan Syekh Muhammad al-Khudari.
Comments
Post a Comment