Tokoh Pendidikan dan Pemikirannya #1 Benyamin S. Bloom |By: Herman Dr

Benyamin Samuel Bloom adalah salah satu tokoh terkemuka dalam dunia pendidikan dan psikologi pendidikan, yang dikenal luas berkat kontribusinya dalam pengembangan taksonomi tujuan pendidikan. Lahir pada 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania, Bloom menjadi figur sentral dalam kajian pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Artikel ini akan menguraikan secara mendalam biografi dan kontribusi Bloom, mencakup latar belakang kehidupannya, pendidikan, karier akademik, serta dampaknya yang luas dalam bidang pendidikan.

 Latar Belakang dan Pendidikan, Bloom lahir dari keluarga imigran Yahudi Rusia. Ia menempuh pendidikan dasar dan menengah di Pennsylvania sebelum melanjutkan ke Pennsylvania State University, di mana ia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1935. Ketertarikannya pada pendidikan membawanya ke Universitas Chicago, tempat ia mendapatkan gelar Master pada tahun 1938 dan kemudian doktor pada tahun 1942 di bidang pendidikan.

Karier Akademik dan Penelitian. Bloom memulai karier akademiknya di Universitas Chicago, di mana ia bekerja sebagai asisten peneliti di Departemen Psikologi. Pada tahun 1940-an, Bloom bergabung dengan Dewan Pendidikan Sekolah Chicago, di mana ia terlibat dalam pengembangan kurikulum dan evaluasi pendidikan. Keterlibatan ini membawanya pada pengembangan teori dan konsep yang kemudian dikenal sebagai "Taksonomi Bloom."

Taksonomi Bloom. Salah satu kontribusi terbesar Bloom adalah pengembangan Taksonomi Tujuan Pendidikan, yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1956 dalam buku berjudul "Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals." Taksonomi ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga domain utama: kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1.        Domain Kognitif. Ranah kognitif adalah yang pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah kognitif ialah kemampuan yang merupakan hasil kerja otak. Bloom (1956) membagi ranah kognitif ini menjadi enam tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, ke enam tingkatan ini mulai dari, C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 merupakan jenjang kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi. Ranah ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

-          Pengetahuan

Pengetahuan didefenisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Kata kuncinya meliputi defenisikan, identifikasi, memberi nama, sebutkan, jodohkan, buat bagan, mengingat kembali, mengenali, memilih, memproduksi kembali, menyatakan. Contoh: menyebutkan nama suatu benda atau makhluk Tuhan.

-          Pemahaman

Pemahaman didefenisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan dengan kalimat sendiri) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab sutau gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Kata kuncinya meliputi mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan, memperluas, generalisasi dan memberikan. Contoh: membedakan berbagai warna, rasa, bau dan benda.

-          Penerapan

Penerapan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit, nyata, atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum dan teori. Hasil belajara untuk kemamuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman. Kata kunci meliputi aplikasikan, ubah, hitung, kembangkan, tunjukkan, temukan, manipulasi, modifikasi, operasikan, prediksi, menyiapkan, memproduksi, mengaitkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan. Contoh: menggunakan jari atau benda untuk berhitung.

-          Analisis

Analisis ialah merupakan kemampuan untuk mengurakan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian, serta mengenali atau mengemukakan organisasi dan hubungan antar bagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseorang harus mampu memahami isi/substansi sekaligus struktur organisasinya. Kata kuncinya meliputi analisa, pisahkan, bandingkan, kontras, diagram, memisahkan, membedakan, identifikasi, gambarkan, ambil kesimpulan, buat bagan, kaitkan, pilih, pisahkan. Contoh: menggambar suatu benda atau peristiwa.

-          Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara meng-komunikasikannya, mengajukan proposal penelitian,membuat model atau pola yang mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik. Kata kuncinya meliputi kategori, kombinasikan, ciptakan, rancang, jelaskan, buatlah, modifikasi, organisasikan, rencanakan, atur kembali, susun kembali, kaitkan, organisasikan, kembali, revisi ulang, rangkum, ceritakan, tuliskan. Contoh: merancang bangunan dari potongan balok atau pazel.

-          Evaluasi/penilaian

Penilaian ialah kemampuan untuk memperkirakan dan menguji suatu materi untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang terdefinisikan. Kriteria terdefinisikan ini mencakup kriteria internal (organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil belajar penailaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadasaran untuk melakukan pengujian yang syarat nilai dan kejelasan kriteria. Kata kuncinya meliputi nilai, bandingkan, simpulkan, kontraskan, mengkritik, mempertahankan, menjelaskan, membedakan, mengevaluasi, menginterpretasikan, memberikan alasan, menghubungkan, merangkum dan mendukung. Contoh: memilih gambar yang benar dan gambar yang salah.

2.                 Domain Afektif. Domain ini berkaitan dengan sikap, nilai, dan perasaan. Bloom mengklasifikasikan domain afektif menjadi lima tingkat, yaitu menerima, merespon, menilai, mengorganisasikan, dan mengkarakterisasi. Domain afektif dalam Taksonomi Bloom adalah aspek penting dari pendidikan, dengan fokus pada sikap, emosi, dan perilaku dalam pembelajaran. Ini memainkan peran penting dalam membentuk individu dan kelompok untuk menjadi pembelajar yang lebih baik dengan menekankan nilai-nilai, motivasi, dan keterampilan interpersonal. Taksonomi Bloom mengkategorikan domain afektif menjadi lima tahap: menghadiri, menerima, menilai, mengatur, dan karakterisasi, masing-masing dengan kata kerja dan makna tindakan tertentu

3.                Domain Psikomotorik. Domain ini melibatkan keterampilan motorik dan koordinasi fisik. Meskipun Bloom tidak secara langsung mengembangkan taksonomi ini, rekan-rekannya kemudian melengkapinya dengan lima tingkat keterampilan motorik, yaitu persepsi, kesiapan, respons terbimbing, mekanisme, dan adaptasi. Domain Psikomotor Taksonomi Bloom berfokus pada pengembangan keterampilan dan kemampuan fisik, terutama dalam konteks pendidikan dan pembelajaran. Domain ini sangat penting untuk menilai dan mengukur penerapan praktis pengetahuan dan keterampilan, terutama di bidang-bidang seperti desain perhiasan di mana kemampuan fisik memainkan peran penting dalam kreativitas dan inovasi. Taksonomi menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan manual atau fisik, seperti adaptasi, asal usul, dan persepsi, yang merupakan komponen vital dari domain psikomotor. Dengan memasukkan domain psikomotor ke dalam praktik pendidikan melalui alat seperti teknologi digital, pendidik dapat secara efektif mengukur dan meningkatkan kompetensi fisik siswa di samping domain kognitif dan afektif, memastikan pendekatan holistik untuk pembelajaran dan pengembangan keterampilan 

Taksonomi Bloom telah menjadi kerangka kerja yang penting dalam pengembangan kurikulum, instruksi, dan evaluasi pendidikan di seluruh dunia. Ini membantu pendidik merancang tujuan pembelajaran yang jelas dan mengukur hasil belajar siswa secara sistematis. Taksonomi Bloom digunakan sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada anak. Biasanya sebagai pertanyaan berada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang memberikan tantangan bagi anak berbakat. Dengan pengembangan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan pada setiap tingkat taksonomi, guru merangsang anak untuk lebih menggunakan kemampuan kognitif dan mengembangkan keterampilan berpikir tinggi. Anak memerlukan latihan dan kesempatan untuk belajar berpikir dengan cara yang efektif. Jika guru belajar untuk mengajukan pertanyaan yang lebih baik, anak juga akan mengembangkan kemampuannya dalam hal ini. Mula-mula guru dpat menggunakan catatan dengan pertanyaan pada setiap tingkat taksonomi Bloom untuk bahan yang diajarkan. Setelah menpraktekkan hal ini untuk waktu-waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan dan tingkat sulit bagi guru. Tetapi jika mau yakin bahwa pertanyaan yang diajukan mencakup keenam tingkat pemikiran, guru dapat menggunakan tape recorder selama mengajar untuk kemudian dapat mengklasifikasi pertanyaannya sesuai dengan keenam tingkat taksonomi. Kecuali untuk mengajukan pertanyaan yang baik, taksonomi Bloom dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan. Kegiatan dapat dikembangkan menggunakan tingkat-tingkat yang berbeda dari taksonomi dan yang digunakan dalam pelajaran, atau sebagai tugas khusus di luar kelas. Kunci untuk menyusun kegiatan adalah memasukkan beberapa tingkat dalam setiap kegiatan atau mengusahakan keseimbangan dari semua tingkat untuk sekelompok kegiatan. Kemudian, jika kemahiran anak dinilai, mereka harus diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya untuk berpikir diluar tingkat pengetahuan dan pemahaman.

Keterampilan yang baru dikembangkan itu harus diukur melalui pertanyaan baik dengan diskusi maupun tanyajawab, demonstrasi, dan proyek. Taksonomi Bloom mengenai sasaran pendidikan ranah kognitif merupakan model yang relatif sederhana untuk diterapkan dan amat bermanfaat bagi yang menggunakannya: anak dapat mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir mereka. Guru hanya perlu menyesuaikan jumlah waktu untuk setiap tingkat taksonomi dengan tingkat kemampuan anak. Anak yang cepat menguasai tingkat-tingkat rendah taksonomi dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk tingkat-tingkat pemikiran yang tinggi. Dengan demikian, semua anak memperoleh pembelajaran yang sesuai dalam kerangka kerja yang sama.

Kontribusi Bloom tidak hanya terbatas pada taksonominya. Ia juga terlibat dalam berbagai penelitian tentang pembelajaran dan pengajaran yang efektif. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Bloom mengembangkan konsep "Mastery Learning," yang berfokus pada gagasan bahwa semua siswa dapat mencapai tingkat pemahaman yang tinggi jika diberikan waktu dan instruksi yang tepat. Model pembelajaran ini menekankan pentingnya evaluasi formatif dan umpan balik berkelanjutan dalam proses pembelajaran.

Selain itu, Bloom juga berperan dalam penelitian tentang pendidikan internasional dan perbandingan sistem pendidikan di berbagai negara. Ia terlibat dalam proyek-proyek besar seperti studi tentang prestasi siswa di berbagai negara, yang membantu mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang memengaruhi keberhasilan pendidikan.

Atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang pendidikan, Bloom menerima berbagai penghargaan dan pengakuan. Ia diangkat sebagai anggota berbagai organisasi ilmiah terkemuka, termasuk American Psychological Association dan American Educational Research Association. Bloom juga menerima penghargaan seumur hidup dari Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD) atas kontribusinya dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

Benyamin Samuel Bloom meninggal pada 13 September 1999, namun warisannya terus hidup melalui karyanya yang berpengaruh. Taksonomi Bloom dan konsep Mastery Learning tetap menjadi fondasi penting dalam pendidikan modern. Pendidik di seluruh dunia masih menggunakan taksonomi ini untuk merancang tujuan pembelajaran, mengembangkan kurikulum, dan menilai hasil belajar siswa. Dalam era pendidikan yang terus berkembang, prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Bloom tetap relevan. Fokusnya pada pentingnya pemahaman mendalam, evaluasi formatif, dan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu memberikan panduan berharga bagi pendidik dalam menghadapi tantangan abad ke-21.

Benyamin Samuel Bloom adalah seorang tokoh utama dalam bidang pendidikan yang telah memberikan kontribusi yang tak ternilai harganya dalam pengembangan teori pembelajaran dan evaluasi pendidikan. Dari taksonomi tujuan pendidikan hingga konsep Mastery Learning, karya Bloom telah mengubah cara pandang kita terhadap pembelajaran dan pengajaran. Melalui dedikasinya pada penelitian dan inovasi pendidikan, Bloom telah meninggalkan jejak yang mendalam dan berkelanjutan dalam dunia pendidikan, memberikan alat dan wawasan yang terus digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh dunia.

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Teman-Temanku di Pascasarjana (M) Lokal PAI C 23

Mengomentari Statement Prilly Latuconsina mengenai cewek Independen yang semakin banyak dan cowok mapan yang terhitung sedikit

Tokoh Pendidikan dan Pemikirannya #2 Lev Vygotsky |By: Herman Dr