Mengomentari Statement Prilly Latuconsina mengenai cewek Independen yang semakin banyak dan cowok mapan yang terhitung sedikit

 

Mengomentari statemen yang dilontarkan oleh salah satu Influencer Prilly Latuconsina, ia menyampaikan dengan statemennya yang terkutip langsung yakni

Sekarang banyak cewek independent tapi cowok mapan dikit”

Hal-hal seperti ini sepertinya memang lagi ramai dibincangkan oleh kaum muda, karena merupakan satu fenomena sosial yang perlu untuk mendapatkan perhatian. Jika ditanya mengapa sering bermunculan statemen serupa sebagaimana yang diungkapkan oleh Prilly tersebut, kita bisa melihat satu survey yang menunjukkan bahwa dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2022 angka pernikahan relative menurun dari tahun-tahun selebumnya, jika menggunakan rasio sederhana maka 4 dari 10 orang di Indonesia masih berstatus lajang, atau belum menikah. Artinya dari 40 juta naik menjadi 52 juta penduduk Indonesia yang masih berstatus lajang. Namun menariknya adalah sebagian besar dari jumlah penduduk yang belum menikah tersebut adalah pria.

Kembali kepada permasalahan di atas, persoalan umumnya adalah bahwa kebanyakan Perempuan yang independent menganggap dirinya bisa untuk melanjutkan hidupnya tanpa harus menikah, karena diliputi finansial yang cukup dan keperluan hidup yang tidak relative tidak sulit. Sementara laki-laki dilanda oleh rasa takut akan ketidakmapanan dalam faktor finansial, tentu hal ini menjadi tekanan tersendiri mengapa kebanyakan laki-laki memilih untuk masih single atau mungkin sulit mendapatkan Perempuan yang mau menerima karena keadaannya yang tidak memungkinkan.

Namun yang perlu diperdebatkan adalah apa yang dimaksud dengan “mapan”. Jika sebagaimana yang saya sebutkan di atas adalah berkaitan dengan faktor finansial, maka lihat data yang ada bahwa ketika laki-laki mulai masuk ke dalam dunia pekerjaan atau sudah mulai bekerja, rata-rata pendapatannya hanya berkisar disekitaran UMR daerah atau bahkan lebih rendah lagi hingga mencapai titik kesulitan ekonomi, walaupun telah berstatus sebagai pekerja. Artinya jika definisi mapan adalah kemampuan finansial, maka laki-laki setidaknya harus menunggu hingga 10 sampai 15 tahun untuk dikatakan seperti apa yang distilahkan oleh Prilly sebagai “cowok mapan”.

Sementara Perempuan independent biasanya tidak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang bersifat tanggung jawab tamplet sebagaimana dilekatkan pada laki-laki, seperti memberikan jujuran pernikahan, mahar dengan jumlah tertentu, menyiapkan tempat tinggal hingga banyak hal yang setidaknya perlu waktu yang cukup lama memenuhi kebutuhan tersebut di sela pemasukannya yang relative rendah. Belum lagi jika ia termasuk dalam generasi sandwich -Generasi sandwich merupakan istilah baru yang juga popular untuk mendefinisikan seorang pria yang berada di posisi sebagai tanggung jawab dalam membiayai orang tua sekaligus saudara-saudaranya- maka hal ini tentu lebih menyulitkan laki-laki untuk bisa fokus atau setidaknya dapat masuk kejenjang yang lebih lanjut, yakni pernikahan. Maka dari itu tidak heran jika kebanyakan Perempuan khususnya yang mengaku sebagai independent akan memilih pria yang setara dengan mereka agar mengharapkan kehidupan yang stabil tanpa adanya kejomplangan tanggung jawab.

Bagi saya selaku penulis, istilah-istilah sebagaimana yang diutarakan oleh Prilly tidak perlu dijadikan sebagai rujukan untuk hidup selayaknya manusia pada umumnya yang membutuhkan pasangan dalam hidupnya. Namun tidak juga menyepelekan hal-hal tersebut.

Laki-laki yang mapan menurut saya adalah dia yang mampu untuk berusaha lebih baik dari apa yang ia telah lakukan sekarang. Artinya dalam kondisi apapun, belum atau telah menikah, ia tetap selalu memberikan yang terbaik untuk orang yang ia sayangi dengan usaha yang selalu ia tingkatkan sedemikian hari. Adapun hasilnya adalah dianggap sebagai reward dari apa yang ia telah usahakan, maka pointnya adalah ia mementingkan sebuah proses untuk mapan, bukan hasil yang dijadikan patokan dalam kemapanan. Tentu hal ini juga harus disadari oleh prempuan yang memberikan standar-standar tertentu, termasuk dalam hal kemapanan, jika konteks mapan diartikan hanya sebatas baik dalam finansial, maka jangan berharap dalam hal lain, laki-laki tidak bisa lebih baik. Tidak ada laki-laki mapan (dalam konteks yang saya jelaskan) yang mau mengajak orang yang dicintainya untuk hidup susah, karena konsekuesn mapan dalam dirinya adalah terus berusaha yang terbaik dan menjadi leih baik, sementara perempuan yang mengerti ia akan membantu laki-lakinya dalam keadaan apapun untuk meraih kebahagiaan bersama-sama.

“Laki-laki dan perempuan diciptakan bukan untuk bersaing siapa yang lebih hebat, melainkan diciptakan untuk mampu menumbuhkan kebersamaan dalam ikatan cinta”

Herman_Dr

Comments

Popular posts from this blog

Untuk Teman-Temanku di Pascasarjana (M) Lokal PAI C 23

Tokoh Pendidikan dan Pemikirannya #2 Lev Vygotsky |By: Herman Dr